Jumat, 27 Juli 2012

METODE SELEKSI INDIVIDU DAN PERBANYAKAN INDUK PADA PROGRAM PEMULIAAN IKAN NILA (Oreochromis niloticus)



Perkembangan masyarakat dunia pada abad ke-21 telah menunjukkan kecenderungan adanya perubahan perilaku dan gaya hidup serta pola konsumsinya ke produk perikanan. Dengan keterbatasan kemampuan pasok hasil perikanan dunia, ikan akan menjadi komoditas strategis yang dibutuhkan oleh masyarakat dunia.
Ikan nila (Oreochromis niloticus) merupakan salah satu jenis ikan air tawar yang memiliki nilai ekonomis yang tinggi dan pangsa pasar yang cukup besar di Indonesia. Menurut Warsito (2010), di Indonesia ikan nila mulai dikenal oleh petani ikan sebagai ikan komsumsi sejak tahun 1969, ikan nila (Oreochromis nilotocus) merupakan jenis ikan introduksi yang didatangkan ke Bogor pada tahun 1969, dari Taiwan. Jenis ikan Nila yang telah berkembang di masyarakat adalah Nila Hitam dan Nila Merah. Dalam rangka perbaikan genetik, jenis yang telah berhasil dikembangkan adalah Nila Gesit, Nila Jica, Nila Larasati, Nila Best, Nila Nirwana, dan Nila Jatiumbulan.
Untuk memenuhi kebutuhan konsumsi yang semakin meningkat ini, maka sektor produksi ikan nila (Oreochromis niloticus) juga harus ditingkatkan. Dalam usaha meningkatkan usaha produksi, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan diantaranya yaitu kualitas benih dan induk ikan.
Kualitas benih ikan akan mempengaruhi kualitas ikan yang akan dikonsumsi oleh masyarakat. Sedangkan kualitas induk ikan akan mempengaruhi kualitas telur dan benih ikan yang dihasilkan. Dengan menurunnya kualitas benih dan induk ikan nila (Oreochromis niloticus), maka diperlukan suatu program breeding atau pemuliaan ikan yang dapat meningkatkan kualitas dari benih dan induk ikan nila. Berpangkal dari sinilah penulis ingin mensosialisasikan bahwa metode seleksi individu dan perbanyakan induk dapat diterapkan pada program breeding atau pemuliaan ikan. Oleh karena itu penulis mengangkat judul, “Metode Seleksi Individu dan Perbanyakan Induk pada Program Pemuliaan Ikan Nila (Oreocromis niloticus)”.

PEMBAHASAN

  Adapun jenis varietas yang digunakan pada metode seleksi individu dan perbanyakan induk yaitu ikan Nila Hitam G3, ikan Nila Hitam G6, ikan Nila Hitam Punten, ikan Nila Merah Citralada, ikan Nila Merah Kedung Ombo, ikan Nila Putih Sleman. Wisaksono mengungkapkan bahwa:
a.    Ikan Nila Hitam G3
Masuk tahun 1994 dari Philipina. Ikan strain ini merupakan hasil kegiatan seleksi famili (sumber gennya berasal dari 8 negara). G3 merupakan ikan nila strain GIFT (genetic improvement of farmed tilapia). Karena merupakan generasi ke-3, makanya seringkali dikenal dengan G3.
b.    Ikan Nila Hitam G6
Dikenal juga dengan G6 (generasi ke-6 dari GIFT) yang didatangkan tahun 1996/1997.
c.    Ikan Nila Hitam Puten
d.    Ikan Nila Merah Citralada
Nila ini berasal dari Thailand dan pertama masuk ke Indonesia sebagai "hadiah" untuk Kesultanan Ngayogyokarto
e.    Ikan Nila Merah Kedung Ombo
f.     Ikan Nila Putih Sleman
Awal sejarahnya, nila putih ini berasal dari Kabupaten Sleman dan kemudian diseleksi dan diperkaya dengan cara memasukkan gen warna dari nila merah albino (nila merah albino adalah hasil seleksi individu dari nila merah Philipina). Kegiatan dimulai sejak tahun 2002. strain nila putih ini direlease tahun 2009. Nila ini berpotensi bagus, karena apabila disilangkan dengan nila hitam, akan menghasilkan nila merah.

METODE SELEKSI INDIVIDU


Dalam metode seleksi individu, langkah-langkah yang harus ditempuh adalah:
  • Persiapan indukan ikan nila dari strain Nila Hitam G3, Nila Hitam G6, Nila Hitam Punten, Nila Merah Citralada, Nila Merah Kedung Ombo, dan Nila Putih Sleman.
  • Pemijahan silang. Dari 6 strain ikan nila tersebut dipijahkan silang sebanyak 5 kali ulangan dan menghasilkan 180 pasang. Dari setiap pasangnya, diperoleh 250 benih anakan. Sehingga diperoleh benih sebanyak 45.000 dari 180 persilangan tersebut.
  • Penebaran. Kemudian 45.000 benih ikan tersebut ditebar pada kolam yang sama dan dipelihara hingga ukuran ikan mencapai 30-50 gram/ekor
  • Grading. Grading dimaksudkan untuk memisahkan ikan jantan dan ikan betina. Grading dilakukan dengan mengambil sampel ikan sebanyak 5-10% ikan jantan dan ikan betina dari jumlah total ikan yang ditebar sebagai target F1. Kemudian diambil 5-10% ikan jantan dan ikan betina dari jumlah total ikan yang ditebar sebagai ikan kontrol
  • Pembesaran. Setelah dilakukan grading ikan jantan-betina dan ikan target F1-kontrol dibesarkan hingga mencapai ukuran kira-kira 300 gram untuk ikan jantan dan 250 gram untuk ikan betina
  • Pengambilan sampel untuk uji performa. Kemudian diambil sampel ikan jantan dan betina untuk target F1 masing-masing sebanyak 250 ekor. Begitu pula pada ikan kontrol diambil ikan jantan dan betina masing-masing sebanyak 250 ekor. Setelah itu benih ikan diuji performa meliputi uji pertumbuhan, uji multi lokasi, uji toleransi salinitas, uji performa, uji genetika/ genetic gain
  • Dibandingkan melalui genetic gain dan dilakukan perbanyakan induk

 PERBANYAKAN INDUK

Pada proses perbanyakan induk, digunakan induk ikan target F1 hasil dari seleksi individu. Setelah diperoleh induk ikan jantan dan induk ikan betina matang gonad dilakukan proses perbanyakn induk yang meliputi:
  • Pemijahan masal. Pada proses pemijahan massal, disiapkan kolam berisi indukan ikan dengan perbandingan populasi jumlah indukan jantan dan betina minimum adalah 1:3
  • Pemanenan larva. Pada hari ke-12 hingga 14 akan muncul larva-larva hasil dari pemijahan yang siap untuk dipanen dan dipindahkan ke kolam pendederan
  • Pembesaran I. Populasi larva-larva tersebut dibesarkan hingga ukuran 100-150 gram/ekor. Selanjutnya dilakukan grading untuk memisahkan antara ikan jantan dan ikan betina. Pada tahap ini jumlah ikan yang masih hidup tidak melebihi 50% dari jumlah larva yang ditebar di kolam. Hal ini terjadi karena setiap organisme memiliki bentuk adaptasinya masing-masing terhadap lingkungannya. Jadi setiap oganisme yang tidak dapat beradaptasi dengan baik akan afkir. Dari 50% itulah nantinya akan terbentuk calon indukan jantan dan betina yang unggul
  • Pembesaran II. Calon indukan jantan dan betina yang unggul itu dibesarkan sampai mencapai ukuran 250 gram/ekornya. Dari proses pembesaran II inilah sudah terbentuk indukan-indukan baik jantan maupun betina yang memiliki kualitas unggul

Tidak ada komentar:

Posting Komentar