Rabu, 18 April 2012

PLANKTON



Indonesia merupakan sebuah negara kepulauan, dimana lebih kurang ¾ bagian daerahnya terdiri dari perairan. Jenis-jenis perairan dapat dibedakan menjadi perairan tawar, perairan laut, dan perairan payau. Perairan-perairan tersebut didiami oleh berbagai macam organisme dengan karakteristik yang berbeda.
Dalam suatu ekosistem terdapat rantai makanan yang saling berhubungan. Rantai makanan ini biasanya terdiri dari produsen, konsumen, dan pengurai (detritivor). Pada suatu kolam budidaya organisme yang berperan sebagai produsen adalah plankton, khususnya fitoplankton.
Menurut Nontji (2008), plankton berbeda dengan nekton yang merupakan hewan yang mempunyai kemampuan aktif berenang bebas, tidak bergantung pada arus, seperti misalnya ikan, cumi-cumi, paus, lain pula dengan bentos yang merupakan biota yang hidupnya melekat, menancap, merayap, atau meliang (membuat liang) di dasar laut, seperti misalnya kerang, teripang, bintang laut, dan karang (coral).

Pengertian dan Jenis-Jenis Plankton
Menurut Nontji (2008), plankton adalah makhluk (tumbuhan atau hewan) yang hidupnya mengapung, mengambang, atau melayang di dalam air yang kemampuan renangnya (kalaupun ada) sangat terbatas hingga selalu terbawa hanyut oleh arus.
Plankton terdiri dari organisme-organisme berukuran kecil mikroskopis yang jumlahnya sangat banyak dan mereka ini tidak cukup kuat untuk menahan gerakan air yang begitu besar. Banyak diantara kelompok ini yang merupakan golongan perenang aktif walaupun demikian mereka tetap terombang-ambing oleh arus lautan (Hutabarat dan Evans, 1986).
Menurut Nontji (2008), secara fungsional plankton dapat digolongkan menjadi empat golongan utama, yakni fitoplankton, zooplankton, bakterioplankton, dan virioplankton.

  1. Fitoplankton. Fitoplankton, disebut juga plankton nabati, adalah tumbuhan yang hidupnya mengapung atau melayang dalam laut. Ukuran yang paling umum berkisar antara 2-200µm (1 µm = 0,001 mm). Fitoplankton mengandung klorofil dan karenanya mempunyai kemampuan berfotosintesis yakni menyadap energi surya untuk mengubah bahan inorganik menjadi bahan organik. Kelompok fitoplankton yang sangat umum dijumpai di perairan tropis adalah diatom (Bacillariophyceae), dan dinoflagelat (Dynophyceae).
  2. Zooplankton. Zooplankton, disebut juga plankton hewani, adalah hewan yang hidupnya mengapung, atau melayang dalam laut. Kemampuan renangnya sangat terbatas hingga keberadaannya sangat ditentukan kemana arus membawanya. Zooplankton bersifat heterotrofik. Ukurannya yang paling umum berkisar 0,2 – 2 mm, tetapi ada juga yang berukuran besar misalnya ubur-ubur yang bisa berukuran sampai lebih satu meter. Kelompok yang paling umum ditemui antara lain kopepod (copepod), eufausid (euphausid), misid (mysid), amfipod (amphypod), kaetognat (chaetognath).
  3. Bakterioplankton. Bakterioplankton, adalah bakteri yang hidup sebagai plankton. Ia mempunyai ciri yang khas, ukurannya sangat halus (umumnya < 1 µm), tidak mempunyai inti sel, dan umumnya tidak mempunyai klorofil yang dapat berfotosintesis. Fungsi utamanya dalam ekosistem laut adalah sebagai pengurai (decomposer).
  4. Virioplankton

Lingkungan juga dapat digunakan sebagai faktor untuk mengklasifikasikan plankton. Menurut Herawati (1989), plankton dapat dibedakan menjadi:
1.    Limnoplankton adalah jenis plankton yang hidup di lingkungan danau.
2.    Rheoplankton adalah jenis plankton yang hidup di lingkungan sungai atau air mengalir.
3.    Holiplankton adalah plankton yang hidup di air laut
4.    Hypolmeroplankton adalah hidup di daerah estuaria
5.    Hypoplankton adalah plankton yang hidup mendekati dasar perairan
6.    Epipoplankton adalah plankton yang hidup di zona euphotic
7.    Bathyplankton adalah biasa hidup di daerah zona aphotic
8.    Mesoplankton merupakan jenis plankton yang hidup di daerah zona disphotic.

Peranan Plankton dalam Budidaya Ikan Nila (Oreochromis niloticus)
Dalam suatu usaha budidaya plankton memiliki peranan yang sangat besar, khususnya pada budidaya ikan pada kolam tradisional. Dengan konstruksi kolam yang langsung bersinggungan dengan tanah memungkinkan tumbuhnya plankton dengan baik, khususnya fitoplankton. Untuk selanjutnya akan dibahas mengenai peranan fitoplankton dalam budidaya ikan.
Menurut Rostini (2007), fitoplankton merupakan jenis alga, termasuk ke dalam sub filum Thallofita yang mempunyai klorofil. Fitoplankton yang ada di seluruh dunia adalah sebagai produsen primer, dapat menyediakan makanan untuk fauna lebih banyak daripada seluruh flora yang ada di daratan. Kapasitas fotosintesis dari semua fitoplankton yang ada di laut lebih besar daripada seluruh flora yang ada di daratan. Dengan adanya konsentrasi fitoplankton yang besar di laut maka terdapat banyak zooplankton sebagai konsumen primer bagi ikan, udang-udangan dan sebagainya.
Sejauh ini plankton mulai diusahakan untuk dibudidaya. Hasil budidaya plankton tersebut nantinya dapat digunakan sebagai pakan alami bagi ikan. Beberapa jenis plankton yang dibudidaya untuk pakan alami antara lain:
a.    Fitoplankton
Dari golongan Diatom yang sering dibudidayakan sebagai pakan adalah Chaetoceros calcitrans, Skeletonema costatum, Phaeodactylum tricornutum, Nitszchia closterium, Cyclotela mana dan Navicula sp.
b.    Dari golongan Chlorophyceae diantaranya Chlorella sp, Monas sp, Chlamydomonas sp, Platymonas tertratele, Isochrysis sp., Monochrysis sp., dan Dunaliella terteolecta.

Menurut Manza (2010), plankton adalah organisme yang menyumbang 80% kebutuhan oksigen yang ada di bumi ini. Dengan kemampuannya berespirasi, plankton (fitoplankton) menghasilkan gelembung-gelembung oksigen yang terdapat di dalam laut, oksigen tersebut terlepas ke udara dan menjadi gas yang bisa kita nikmati sekarang.
Menurut Wikipedia (2011), fitoplankton memperoleh energi melalui proses yang dinamakan fotosintesis sehingga mereka harus berada pada bagian permukaan permukaan (disebut sebagai zona euphotic)  lautan, danau atau kumpulan air yang lain. Melalui fotosintesis, fitoplankton menghasilkan banyak oksigen yang memenuhi atmosfer bumi. Kemampuan mereka untuk mensintesis sendiri bahan organiknya menjadikan mereka sebagai dasar dari sebagian besar rantai makanan di ekosistem lautan dan di ekosistem air tawar.
Disamping cahaya, fitoplankton juga sangat tergantung dengan ketersediaan nutrisi untuk pertumbuhannya. Nutrisi-nutrisi ini terutama makronutrisi seperti nitrat, fosfat atau asam silikat, yang ketersediaannya diatur oleh kesetimbangan antara mekanisme yang disebut pompa biologis dan upwelling pada air bernutrisi tinggi dan dalam. Akan tetapi, pada beberapa tempat di Samudra Dunia seperti di Samudra bagian Selatan, fitoplankton juga dipengaruhi oleh ketersediaan mironutrisi besi. Walaupun hampir semua fitoplankton adalah fotoautotrof obligat, ada beberapa fitoplankton yang miksotrofik dan ada juga spesies tak berpigmen yang merupakan heterotrof (yang ini dinamakan sebagai zooplankton). Jenis-jenis ini, yang paling dikenal adalah dinoflagellata seperti genus Nilotica dan Dinophysis, memperoleh karbon organiknya dengan memakan organisme atau material detritus lainnya.
Selain sebagai pakan alami yang sangat bermanfaat bagi ikan nila (Oreochromis niloticus), kelimpahan plankton yang terlalu banyak juga dapat menimbulkan blooming algae dan eutrifikasi perairan. Menurut Rohim et. al (2008), jenis  fitoplankton yang berpotensi menyebabkan Harmful Algae Blooms (HABs) yang ditemukan di perairan Sidoarjo adalah Nitzschia sp.,Chaetoceros sp.,Chaetoceros diversus,Chaetoceros pseudocarvisetum dari kelas Bacillariophyceae, Ceratium sp.1, Ceratium sp.2, Ceratium sp.3, Ceratium sp.4, Prorocentrum sp., Dinophysis homunculus dari kelas Dinophyceaedan Anabaena sp. dari kelas Cyanophyceae.
Menurut Suryanto (2006), perairan seringkali mengalami stratifikasi suhu akibat terhalangnya sinar matahari untuk mencapai sampai ke dasar perairan. pH dilapisan epilimnion (permukaan yang tertembus sinar) cukup bagus sehingga dapat mendukung pertumbuhan fitoplankton. Unsur fosfor dilapisan epilimnion sedikit sekali, karena unsur fosfor digunakan secara besar-besaran oleh fitoplankton yang melimpah di permukaan perairan.
DAFTAR PUSTAKA

Herawati. 1989. Diktat Kuliah Planktonologi. UB. Malang
Hutabarat, S., Evans, S. 1986. Kunci Identifikasi Zooplankton. UI Press. Jakarta.

Manza, Huteri .2010. Penghasil Oksigen Terbesar. http://www.huteri.com/715/ penghasil-oksigen-terbesar. Diakses tanggal 1 November 2011

Nontji, Anugerah. 2008. Plankton Laut. LIPI Press: Jakarta
Rohim, Aunu. Dian Saptarini. Devie Yanthi. 2008. Fitoplankton Penyebab Harmful Algae Blooms (HABs) di Perairan Sidoarjo. http://www.pdf.its.com. Diakses pada tanggal 28 Oktober 2011
Rostini, Iis. 2007. Kultur Fitoplankton (Chlorella sp. dan Tetraselmis chuii) pada Skala Laboratorium. FPIK Universitas Padjadjaran. Jatinangor
Suryanto, Asus Maizar. 2006. Diktat Planktonologi (Peranan Unsur Hara Bagi Fitoplankaton). Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya. Malang
Taufik, Imam. 2005. Eutrofikasi Perairan: Penyebab, Permasalahan, dan Penanggulangannya. http://www.iptek.net.id/ind/?mnu=8&ch=js ti&id=285. Diakses tanggal 28 Oktober 2011
Wikipedia. 2011. Fitoplankton. http://id.wikipedia.org/wiki/Fitoplankton. Diakses pada tanggal 28 Oktober 2011

Tidak ada komentar:

Posting Komentar