Indonesia
merupakan sebuah negara kepulauan, dimana lebih kurang ¾ bagian daerahnya
terdiri dari perairan. Jenis-jenis perairan dapat dibedakan menjadi perairan
tawar, perairan laut, dan perairan payau. Perairan-perairan tersebut didiami
oleh berbagai macam organisme dengan karakteristik yang berbeda.
Dalam
suatu ekosistem terdapat rantai makanan yang saling berhubungan. Rantai makanan
ini biasanya terdiri dari produsen, konsumen, dan pengurai (detritivor). Pada
suatu kolam budidaya organisme yang berperan sebagai produsen adalah plankton,
khususnya fitoplankton.
Menurut
Nontji (2008), plankton berbeda dengan nekton yang merupakan hewan yang
mempunyai kemampuan aktif berenang bebas, tidak bergantung pada arus, seperti
misalnya ikan, cumi-cumi, paus, lain pula dengan bentos yang merupakan biota
yang hidupnya melekat, menancap, merayap, atau meliang (membuat liang) di dasar
laut, seperti misalnya kerang, teripang, bintang laut, dan karang (coral).
Pengertian dan Jenis-Jenis
Plankton
Menurut
Nontji (2008), plankton adalah makhluk (tumbuhan atau hewan) yang hidupnya
mengapung, mengambang, atau melayang di dalam air yang kemampuan renangnya
(kalaupun ada) sangat terbatas hingga selalu terbawa hanyut oleh arus.
Plankton
terdiri dari organisme-organisme berukuran kecil mikroskopis yang jumlahnya
sangat banyak dan mereka ini tidak cukup kuat untuk menahan gerakan air yang
begitu besar. Banyak diantara kelompok ini yang merupakan golongan perenang
aktif walaupun demikian mereka tetap terombang-ambing oleh arus lautan
(Hutabarat dan Evans, 1986).
Menurut
Nontji (2008), secara fungsional plankton dapat digolongkan menjadi empat
golongan utama, yakni fitoplankton, zooplankton, bakterioplankton, dan
virioplankton.
- Fitoplankton. Fitoplankton, disebut juga plankton nabati, adalah tumbuhan yang hidupnya mengapung atau melayang dalam laut. Ukuran yang paling umum berkisar antara 2-200µm (1 µm = 0,001 mm). Fitoplankton mengandung klorofil dan karenanya mempunyai kemampuan berfotosintesis yakni menyadap energi surya untuk mengubah bahan inorganik menjadi bahan organik. Kelompok fitoplankton yang sangat umum dijumpai di perairan tropis adalah diatom (Bacillariophyceae), dan dinoflagelat (Dynophyceae).
- Zooplankton. Zooplankton, disebut juga plankton hewani, adalah hewan yang hidupnya mengapung, atau melayang dalam laut. Kemampuan renangnya sangat terbatas hingga keberadaannya sangat ditentukan kemana arus membawanya. Zooplankton bersifat heterotrofik. Ukurannya yang paling umum berkisar 0,2 – 2 mm, tetapi ada juga yang berukuran besar misalnya ubur-ubur yang bisa berukuran sampai lebih satu meter. Kelompok yang paling umum ditemui antara lain kopepod (copepod), eufausid (euphausid), misid (mysid), amfipod (amphypod), kaetognat (chaetognath).
- Bakterioplankton. Bakterioplankton, adalah bakteri yang hidup sebagai plankton. Ia mempunyai ciri yang khas, ukurannya sangat halus (umumnya < 1 µm), tidak mempunyai inti sel, dan umumnya tidak mempunyai klorofil yang dapat berfotosintesis. Fungsi utamanya dalam ekosistem laut adalah sebagai pengurai (decomposer).
- Virioplankton
Lingkungan
juga dapat digunakan sebagai faktor untuk mengklasifikasikan plankton. Menurut
Herawati (1989), plankton dapat dibedakan menjadi:
1.
Limnoplankton
adalah jenis plankton yang hidup di lingkungan danau.
2.
Rheoplankton
adalah jenis plankton yang hidup di lingkungan sungai atau air mengalir.
3.
Holiplankton
adalah plankton yang hidup di air laut
4.
Hypolmeroplankton
adalah hidup di daerah estuaria
5.
Hypoplankton
adalah plankton yang hidup mendekati dasar perairan
6.
Epipoplankton
adalah plankton yang hidup di zona euphotic
7.
Bathyplankton
adalah biasa hidup di daerah zona aphotic
8.
Mesoplankton
merupakan jenis plankton yang hidup di daerah zona disphotic.
Peranan Plankton dalam Budidaya Ikan Nila
(Oreochromis niloticus)
Dalam
suatu usaha budidaya plankton memiliki peranan yang sangat besar, khususnya
pada budidaya ikan pada kolam tradisional. Dengan konstruksi kolam yang
langsung bersinggungan dengan tanah memungkinkan tumbuhnya plankton dengan
baik, khususnya fitoplankton. Untuk selanjutnya akan dibahas mengenai peranan
fitoplankton dalam budidaya ikan.
Menurut
Rostini (2007), fitoplankton merupakan jenis alga, termasuk ke dalam sub filum
Thallofita yang mempunyai klorofil. Fitoplankton yang ada di seluruh dunia
adalah sebagai produsen primer, dapat menyediakan makanan untuk fauna lebih
banyak daripada seluruh flora yang ada di daratan. Kapasitas fotosintesis dari
semua fitoplankton yang ada di laut lebih besar daripada seluruh flora yang ada
di daratan. Dengan adanya konsentrasi fitoplankton yang besar di laut maka
terdapat banyak zooplankton sebagai konsumen primer bagi ikan, udang-udangan
dan sebagainya.
Sejauh
ini plankton mulai diusahakan untuk dibudidaya. Hasil budidaya plankton
tersebut nantinya dapat digunakan sebagai pakan alami bagi ikan. Beberapa jenis
plankton yang dibudidaya untuk pakan alami antara lain:
a. Fitoplankton
Dari golongan Diatom yang sering
dibudidayakan sebagai pakan adalah Chaetoceros
calcitrans, Skeletonema costatum, Phaeodactylum tricornutum, Nitszchia
closterium, Cyclotela mana dan Navicula
sp.
b. Dari golongan Chlorophyceae diantaranya Chlorella sp, Monas sp, Chlamydomonas
sp, Platymonas tertratele, Isochrysis sp., Monochrysis sp., dan Dunaliella terteolecta.
Menurut
Manza (2010), plankton adalah organisme yang menyumbang 80% kebutuhan oksigen
yang ada di bumi ini. Dengan kemampuannya berespirasi, plankton (fitoplankton)
menghasilkan gelembung-gelembung oksigen yang terdapat di dalam laut, oksigen
tersebut terlepas ke udara dan menjadi gas yang bisa kita nikmati sekarang.
Menurut
Wikipedia (2011), fitoplankton memperoleh energi melalui proses yang dinamakan fotosintesis sehingga mereka harus berada pada
bagian permukaan permukaan (disebut sebagai zona euphotic) lautan, danau atau kumpulan air yang lain. Melalui fotosintesis, fitoplankton menghasilkan
banyak oksigen yang memenuhi atmosfer bumi.
Kemampuan mereka untuk mensintesis sendiri bahan organiknya menjadikan mereka
sebagai dasar dari sebagian besar rantai makanan di ekosistem lautan dan di ekosistem
air tawar.
Disamping
cahaya, fitoplankton juga sangat tergantung dengan ketersediaan nutrisi untuk pertumbuhannya. Nutrisi-nutrisi
ini terutama makronutrisi seperti nitrat, fosfat atau asam silikat, yang
ketersediaannya diatur oleh kesetimbangan antara mekanisme yang disebut pompa biologis dan upwelling pada air bernutrisi tinggi dan dalam. Akan tetapi, pada beberapa tempat di
Samudra Dunia seperti di Samudra bagian Selatan, fitoplankton juga dipengaruhi
oleh ketersediaan mironutrisi besi. Walaupun hampir semua fitoplankton
adalah fotoautotrof obligat, ada beberapa fitoplankton yang miksotrofik dan ada juga spesies tak berpigmen
yang merupakan heterotrof (yang ini dinamakan sebagai zooplankton). Jenis-jenis ini, yang paling
dikenal adalah dinoflagellata seperti genus Nilotica dan Dinophysis, memperoleh karbon organiknya dengan
memakan organisme atau material detritus lainnya.
Selain
sebagai pakan alami yang sangat bermanfaat bagi ikan nila (Oreochromis niloticus), kelimpahan plankton yang terlalu banyak
juga dapat menimbulkan blooming algae
dan eutrifikasi perairan. Menurut Rohim et.
al (2008), jenis fitoplankton yang berpotensi menyebabkan
Harmful Algae Blooms (HABs) yang ditemukan di perairan Sidoarjo adalah Nitzschia
sp.,Chaetoceros sp.,Chaetoceros diversus,Chaetoceros
pseudocarvisetum dari kelas Bacillariophyceae, Ceratium sp.1, Ceratium
sp.2, Ceratium sp.3, Ceratium sp.4, Prorocentrum sp., Dinophysis
homunculus dari kelas Dinophyceaedan Anabaena sp. dari kelas
Cyanophyceae.
Menurut
Suryanto (2006), perairan seringkali mengalami stratifikasi suhu akibat
terhalangnya sinar matahari untuk mencapai sampai ke dasar perairan. pH
dilapisan epilimnion (permukaan yang tertembus sinar) cukup bagus sehingga
dapat mendukung pertumbuhan fitoplankton. Unsur fosfor dilapisan epilimnion
sedikit sekali, karena unsur fosfor digunakan secara besar-besaran oleh
fitoplankton yang melimpah di permukaan perairan.
DAFTAR PUSTAKA
Herawati.
1989. Diktat Kuliah Planktonologi.
UB. Malang
Hutabarat,
S., Evans, S. 1986. Kunci Identifikasi
Zooplankton. UI Press. Jakarta.
Manza, Huteri Penghasil Oksigen Terbesar. http://www.huteri.com/715/ penghasil-oksigen-terbesar
Nontji,
Anugerah. 2008. Plankton Laut. LIPI
Press: Jakarta
Rohim, Aunu. Dian Saptarini. Devie
Yanthi. 2008. Fitoplankton Penyebab
Harmful Algae Blooms (HABs) di Perairan
Sidoarjo. http://www.pdf.its.com. Diakses pada tanggal 28 Oktober 2011
Rostini, Iis. 2007. Kultur Fitoplankton (Chlorella sp. dan Tetraselmis chuii) pada Skala Laboratorium. FPIK Universitas Padjadjaran. Jatinangor
Suryanto, Asus
Maizar. 2006. Diktat Planktonologi
(Peranan Unsur Hara Bagi Fitoplankaton). Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan Universitas Brawijaya. Malang
Taufik, Imam. 2005. Eutrofikasi Perairan: Penyebab, Permasalahan, dan Penanggulangannya. http://www.iptek.net.id/ind/?mnu=8&ch=js ti&id=285. Diakses tanggal 28 Oktober 2011
Wikipedia.
2011. Fitoplankton. http://id.wikipedia.org/wiki/Fitoplankton. Diakses pada tanggal 28 Oktober 2011