Oleh: Erika Nur Maidah, 2011
...dan
bukankah mencintai itu lebih indah daripada dicintai?
Lalu
mengapa aku harus bersedih saat tak ada lagi yang sanggup menerima kesederhanaan
cintaku terhadapmu?
Tahukah kamu bahwa
cinta datang dengan begitu sederhana? Tanpa perasaan, ia datang mengambil alih
hatimu untuk dipertaruhkan demi seseorang yang kemudian disebut dengan belahan
jiwa. Cinta...oh...cinta. Aku mengenal lelaki itu ketika aku berada di bangku
SMA. Lelaki bernama Bambang itu berperawakan tinggi kurus dan selalu setia menunggui
gerbang sekolah. Tapi aku lebih suka memanggilnya Mas Bama. Lelaki berumur 25
tahun itu memiliki senyum yang sangat meneduhkan. Pantas saja bila akhirnya
salah seorang guru di sekolahku jatuh hati kepadanya. Namanya Bu Retno, seorang
guru berperawakan tinggi. Ketika melihat mereka berdua berjalan, aku akan
menyumpahi diriku sendiri bahwa mereka akan menikah dan hidup bahagia suatu
hari nanti.
Sampai masa
kelulusanku, tentu saja Mas Bama masih dekat dengan Bu Retno. Ah, membuatku iri
saja. Sepuluh tahun sesudahnya saat aku sudah menamatkan S2-ku, aku berkunjung
ke SMA-ku, menemui orang-orang yang sangat berjasa di hidupku. Sesampainya di
sekolah, aku tidak melihat Mas Bama yang sekarang aku panggil ‘Pak’ di tempat
biasanya ia bertugas. Setelah bertemu dengan guru dan karyawan di SMA-ku itu,
aku berusaha menemui Pak Bama di dekat gerbang sekolah. Lelaki itu terlihat
lebih tua dari usianya, namun sorot matanya tetaplah meneduhkan.
“Pak Bama, hari ini Bu Retno kemana? Saya sangat
rindu”, sapaku.
“Bu..Bu Retno?? Beliau
sudah lama tidak mengajar disini”.
“Lalu bagaimana dengan
hubungan Bapak dengan Bu Retno?”, tanyaku.
“Ya..kami hanya
berpisah”, Pak Bama menjawab penuh makna.
“Bagaimana bisa Bapak mengatakan bahwa kalian ‘hanya
berpisah’?”, tanyaku dengan nada agak tinggi. Bagaimana bisa Pak Bama
meloloskan begitu saja cinta tulus Bu Retno kepadanya?
“Cah ayu..dengarkan
cerita Bapak. Jangan salah paham. Sejujurnya Bapak sangatlah mencintai Bu
Retno. Tapi Bapak tidak bisa bila harus di sisinya. Bapak ini hanyalah seorang
satpam. Bapak tidak bisa membiarkan beliau terus dicaci-maki oleh keluarganya
bila terus bersama Bapak. Bapak tidak sanggup lagi melihat penderitaan yang
beliau rasakan. Bagi Bapak, bisa melihat Bu Retno bahagia dengan hidupnya sudah
sangat menyenangkan... Ketika kalian jatuh cinta, bukankah kalian tidak ingin
seseorang yang kalian cintai itu terluka hatinya?”, cerita Pak Bama sambil
tersenyum bahagia.
Aku
mencintaimu..
Kamu
tidak perlu melakukan apa-apa.Yang paling penting adalah kenyataan bahwa kamu
ada dan aku bisa melihatmu.Yang harus aku lakukan hanyalah melihatmu, dan aku
akan merasa bahwa aku bisa melakukan segalanya...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar