Kau pergi ke timur. Ke tempat, di mana kesempurnaan mengundangmu.
Dimana, ketakkeruhan dan suhu hangat memelukmu. Sambil tak lupa menebak
teka-teki: Kenapa lintasanmu selalu tak terduga. Dan selalu, selalu berulang?
Dan selalu bermula di perairan. Lalu merayap ke daratan. Terus terbang dalam
kerumitan yang tak tersederhanakan. Kerumitan yang kerap membuat tarianmu
berkejaran.
Itulah sedikit sajak puisi karangan Mardi Luhung. Marilah sejenak
kita merenungi sebuah kisah. Kisah hidup seekor capung. Si naga terbang mencari
arti..
Dulu capung begitu erat dengan kehidupan manusia, terutama anak-anak. Gerakannya
yang sungguh menggoda menyebabkan mereka menjadi incaran anak-anak untuk
dipermainkan. Di sawah, lapangan, kebun, rumah, sekolah, capung dimana-dimana. Namun
sekarang, di zaman yang katanya modern dan serba ada, dimanakah kita dapat
menemukan mereka??
Capung
(dragonfly) ataupun Capung jarum (damselfly) merupakan salah satu jenis
serangga yang banyak dijumpai. Katanya capung sudah ada sejak 300 juta tahun
yang lalu. Capung merupakan serangga yang tidak menggigit ataupun bersengat.
Capung merupakan hewan yang memiliki peran sebagai sumber makanan bagi banyak
hewan lain, seperti burung, ikan, katak, ataupun kumbang air. Capung hidup
dekat dengan air karena siklus hidupnya yang membuat mereka tidak bisa hidup
jauh dari air. Capung hidup di air bersih. karena itu capung dan capung jarum
berperan bagi manusia sebagai indikator pencemaran lingkungan. Bila di suatu
sumber air tidak lagi ditemukan capung, artinya lingkungan itu sudah tercemar
dan ekosistemnya terganggu (Coleo, 2009).
Sebagai
makhluk yang tidak dapat jauh dari perairan, kehidupan capung sangat bergantung
pada kualitas suatu perairan. Namun semakin lama kita semakin sulit menemukan
capung. Hal ini dipicu oleh tidak tersedianya perairan bersih tempat hidup
capung. Pencemaran yang dilakukan oleh m`nusia tersebut secara langsung maupun
tidak langsung mengakibatkan kepunahan capung.
Capung
adalah binatang yang menarik, memiliki 4 sayap, kepala besar, antenna, toraks
yang kuat dan kaki yang sempurna. Mata capung sangat besar disebut mata
majemuk, terdiri dari ommatidium. Dengan ini dia bisa melihat ke segala arah
dan mendektesi gerakan yang jauhnya lebih dari 10 meter. Dan kakinya sangat
kuat jadi diggunakan untuk hinggap di suatu tempat, bukan untuk berjalan(Susanti,
1998).
“Aku mungkin bukanlah seekor ayam yang dapat menghasilkan telur untuk
kalian. Bukan pula seekor sapi yang dapat menghasilkan susu dan daging untuk
kalian. Aku hanyalah aku, si naga terbang yang ingin memberi arti pada
kehidupan.”
Seperti kata sebuah pepatah yang berbunyi, “Ada udang dibalik batu”,
Tuhan pasti memilki maksud terhadap segala sesuatu yang diciptakan-Nya karena
Tuhan tidak akan menciptakan sesuatu apapun dengan kesia-siaan. Dan inilah
tugas kita sebagai manusia untuk membuka tabir dan menerjemahkan maksud Tuhan
tersebut.
Capung
merupakan kelompok serangga yang tergolong dalam bangsa Odonata. Terdapat
sekitar 5.000 spesies capung yang tersebar di seluruh dunia. Kamu bisa menemukan
capung hampir di semua tempat. Misalnya hutan, sawah, kebun, sungai, dan danau.
Mulai dari tepi pantai hingga ketinggian lebih dari 3.000 m di atas permukaan
laut. Habitat capung tidak pernah berada jauh dari air. Bahkan sebagian besar
hidupnya berada di dalam air, yaitu saat fase nimfa. Sebagai nimfa, ia bisa
bertahan selama empat sampai lima tahun. Tetapi sebagai capung umurnya hanya
sampai empat bulan(Hapsari, 2009).
Kehidupan capung yang demikian singkat ini tidak serta merta menjadikan
capung menjadi makhluk yang lemah. Menurut Bella (2009), pada sepasang matanya terdapat
30.000 lensa berbeda, sehingga pandangannya sangat luas. Hal ini memungkinkan
bagi capung untuk mengawasi segala hal di lingkungan sekitarnya, termasuk
ancaman bahaya yang mengincar dirinya. Selain itu capung adalah serangga
tercepat di dunia, ia mampu terbang dengan kecepatan 97 km/jam dan mampu
melakukan perjalanan sejauh 137 km dalam satu hari.
“Aku hanyalah makhluk kecil. Kecil sekali
hingga tiada yang memperhatikanku. Mereka mengacuhkanku, menganggapku tiada. Namun
aku juga ingin mereka pahami. Lihatlah aku!! Begitu banyak lensa mata yang aku
miliki. Aku bisa melihat segalanya. Aku memandang suatu hal tidak hanya pada
satu titik. Aku akan melihat segalanya dengan penuh pertimbangan. Aku melihat
dan aku berjaga terhadap diriku, keselamatanku..”
“Jangan
menganggap bahwa tubuhku yang kecil ini akan menjadikan nyaliku menciut. Mereka
pernah mengungkap suatu pernyataan, “Cilik-cilik lombok pedhes”. Dan itulah
rupaku sekarang ini. Dunia yang luar biasa luas ini akan aku taklukkan dengan
semangatku berkelana. Aku memang kecil. Tapi akan kuusahakan. Karna kuyakin
bisa..”
“Kehidupanku
yang singkat ini tak akan memadamkan semangatku untuk mencari arti. Bukan
sebagai sesuatu yang dipandang terhormat lalu mendapat piala perhargaan. Lebih
dari itu, aku hanya ingin menjadikan dunia ini sempurna dengan kehadiranku.
Cukuplah anak-anak kecil berlarian mengejarku penuh tawa. Cukuplah aku tercipta
dengan anugerah terindah, dari Tuhan, untuk aku dan kebahagiaan mereka.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar