Jumat, 27 Juli 2012

MEKANISME KERJA SISTEM SYARAF IKAN PADA SAAT MELIHAT DAN MEMIJAH


Sistem saraf adalah sebuah sistem organ yang mengandung jaringan sel-sel khusus yang disebut neuron yang mengoordinasikan tindakan binatang dan mengirimkan sinyal antar berbagai bagian tubuhnya (Force, 2010).
Menurut Yuwono dan Purnama (2001), jika rangsang mengenai sistem saraf akan diubah menjadi gelombang elektrokimia yang ditransmisikan sepanjang sistem saraf. Dalam berbagai hewan air seperti pada cumi-cumi sistem saraf tersusun dari sel-sel saraf yang disebut neuron. Fungsi saraf telah banyak diteliti dengan menggunakan neuron dari hewan ini. Karena ukuran yang cukup besar .
Menurut Siregar (1995), sistem penglihatan merupakan penghubung dengan lingkunganya, dimana dapat mengenali cahaya, warna dan bentuk semua benda, penglihatan dapat dikatakan sebagai system sensorik yang paling penting, sebab sebagian besar informasi yang diterima melalui indera penglihatan.
Menurut Svendsen and Anthony (1984), sinar cahaya dari objek difokuskan pada retina untuk menghasilkan gambar terbalik retina mengandung dua jenis reseptor untuk cahaya: kerucut yang membedakan warna, dan batang yang memungkinkan visi pada intensitas cahaya rendah. Rhodopsin adalah pigmen yang terlibat dalam perubahan fotokimia yang menterjemahkan gelombang cahaya menjadi impuls saraf dari barang. Senyawa ini asintesis dari retina dan molekul protein dalam ketiadaan cahaya.
Pada retina terdapat dua macam sel reseptor, yaitu sel kerucut (sel konus) dan sel batang (sel basilus). Sel konus berisi pigmen lembayung sedangkan sel batang berisi pigmen ungu. Kedua macam pigmen akan terurai bila terkena sinar, terutama pigmen ungu yang terdapat pada sel batang. Oleh karena itu, pigmen pada sel basilus berfungsi untuk situasi kurang terang, sedangkan pigmen dari sel konus berfungsi lebih pada suasana terang yaitu untuk membedakan warna. Semakin ke tengah, maka jumlah sel batang makin berkurang sehingga di daerah bintik kuning hanya ada sel konus saja.
Pigmen ungu yang terdapat pada sel basilus disebut rodopsin, yaitu suatu senyawa protein dan vitamin A. Apabila terkena sinar, misalnya sinar matahari, maka rodopsin akan terurai menjadi protein dan vitamin A. Pembentukan kembali pigmen terjadi dalam keadaan gelap. Untuk pembentukan kembali memerlukan waktu yang disebut adaptasi gelap (disebut juga adaptasi rodopsin). Pada waktu adaptasi, mata sulit untuk melihat. Pigmen lembayung dari sel konus merupakan senyawa iodopsin yang merupakan gabungan antara retinin dan opsin. Ada tiga macam sel konus, yaitu sel yang peka terhadap warna merah, hijau, dan biru. Dengan ketiga macam sel konus tersebut mata dapat menangkap spektrum warna.
Sedangkan pada gonad terdapat mekanisme sistem syaraf terkait dengan proses ikan tersebut memijah. Menurut Gusrina (2008), hormon merupakan organ seks jantan dan betina, organ penghasil gamet pada sebagian besar hewan.
Gonad sebagai organ reproduksi ikan merupakan salah satu dari 3 komponen yang terlibat dalam reproduksi ikan, selain sinyal lingkungan dan sistem hormon. Dalam proses pematangan gonad, sinyal lingkungan yang diterima oleh sistem saraf pusat ikan itu akan diteruskan ke hipotalamus. Akibatnya, hipotalamus melepaskan hormon GnRH (Gonadotropin realizing hormone) yang selanjutnya bekerja pada kelenjar hipofisa. Hipotalamus dan hipofisa terletak di otak belakang ikan. Hal ini menyebabkan hipofisa melepasakan hormon Goadotropin-I yang berkerja pada gonad. Akibat kerja hormon gonadotropin-I tersebut, gonad dapat mensintesis testoteron dan estradiol-β. Estradiol-β selanjutnya akan merangsang hati mensintesis vitologenin yang merupakan bakal dari kuning telur. Vitologenein tersebut kemudian dibawa oleh aliran darah menuju gonad dan secara selektif akan diserap oleh Oosit. Akibat menyerap vitologenin, oosit tumbuh membesar sampai kemudian berhenti apabila mencapai ukuran maksimum (pada ikan mas, ukuran oosit adalah 900-1000 mikron meter). Setelah mencapai ukuran tersebut, telur tidak mengalami perubahan apapun. Pada kondisi ini dikatakan bahwa telur telah berada pada fase dorman atau istirahat dan menunggu sinyal lingkungan lagi untuk dikeluarkan dari tubuh induk dalam proses pemijahan.
Lingkungan tempat hidup ikan bisa menghasilkan sinyal yang kemudian diterima oleh sistem saraf pusat dan diteruskan ke hipotalamus. Akibatnya, hipotalamus ini melepaskan hormon GnRH. Hormon ini selanjutnya bekerja pada kelenjar hipofisa. Akibatnya, hipofisa ini menyekresikan hormon Gondotropin –II yang bekrja pada gonad. Akibat hormon gonadotropin-II, goanad menyintesis hormon steroid pemicu pematangan (naturation inducing steroid) yang menyebabkan inti telur mengalami migrasi dan peleburan, lalu dilanjutkan dengan proses ovulasi. Ovulasi adalah proses keluarnya telur dari tubuh induk. Telur yang dikeluarkan pada proses ovulasi tersebut telah mencapai kamatangan fisiologis dan siap dibuahi oleh sperma.

SUMBER:

Force, Pelta. 2010. Sistem Saraf Manusia. http://grandmall.10.wordpress.com/ 2010/03/02/sistem_saraf_manusia. Diakses tanggal 4 Desember 2011 Pukul 18.00 WIB.
Gusrina. 2008. Budidaya Ikan Jilid 2. Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan. Jakarta
Siregar, Harris. 1995. Neuro Fisiologi. Bagian Ilmu Faal Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin. Ujung Pandang
Svendsen, P  dan  Anthony M. C. 1984. An Introduction to Animal Physiology. MTR Presslimited. Inggris
Yuwono, E. dan Purnama S. 2001. Fisiologi Hewan Air. Sagung Seto. Jakata

Tidak ada komentar:

Posting Komentar