Rabu, 25 Juli 2012

Peranan Caddisfly sebagai Bioindikator Kualitas Perairan


BAB 1
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Indonesia adalah sebuah negara yang letak geografisnya sangat menguntungkan, yaitu tepat terlewati oleh garis lintang nol derajat atau garis katulistiwa. Ini menjadikan Indonesia sebuah Negara yang beriklim tropis memiliki kekayaan flora dan fauna yang sangat beragam., termasuk juga keanekaragaman jenis serangga yang hidup di dalamnya(Aryodhimar, 2010).
Serangga-serangga tersebut ada yang hidup di darat dan juga ada yang hidup di perairan. Salah satu serangga yang hidup di perairan yaitu ulat air berkantung yang biasa disebut dengan caddisfly. Caddisfly termasuk serangga dari ordo Trichoptera yang banyak dijumpai di sungai berarus deras dengan kandungan oksigen tinggi. Bentuknya seperti ulat, memiliki tiga pasang kaki dan bernapas dengan insang yang terletak di ruas abdomen. Beberapa dari kelompok hewan ini memakan tumbuhan.
Menurut Saruni et. al., (2008), pengkajian kualitas air dapat dilakukan dengan berbagai cara, antara lain dengan analisis fisika-kimia dan analisis biologi. Analisis biologi khususnya analisis struktur komunitas makrozoobentos adalah cara yang umum dilakukan untuk menggambarkan kualitas perairan. Hewan bentos hidup relatif menetap (sessile) sehingga baik digunakan sebagai penunjuk kualitas perairan.
Caddisfly merupakan salah satu hewan bentos yang hidup di perairan tercemar. Sehingga hewan ini dapat digunakan sebagai bioindikator bagi perairan yang tercemar. Oleh karena itu, penulis mengangkat judul, “Peranan Caddisfly sebagai Bioindikator Kualitas Air”.

1.2  Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang penulis tulis yaitu bagaimanakah peranan caddifly sebagai bioindikator kualitas air?

1.3  Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui peranan caddifly sebagai bioindikator kualitas air.
1.4  Manfaat Penulisan
Manfaat dari penulisan makalah ini adalah untuk:
-       Mengetahui peranan caddisfly dalam suatu perairan
-       Menambah wawasan bagi penulis maupun pembaca tentang peranan caddisfly sebagai bioindikator kualitas air




BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1       Klasifikasi dan Morfologi Ulat Air Berkantung
Menurut Iqbal et. al., (2011), ulat air berkantung termasuk di dalam ordo Caddisfly dan merupakan organisme yang pada tahap larvanya berada di dalam sebuah kantung yang ia buat sendiri dan terletak pada dasar sungai atau batu di dasar sungai. Klasifikasi ulat air berkantung yaitu:
Kingdom          : Animalia
Filum               : Arthropoda
Kelas               : Insecta
Super Ordo     : Amphiesmenoptera
Ordo                : Trychoptera

Menurut Pescador et. al., (1995) Caddisfly (Trichoptera) merupakan komponen biotik yang penting dan bermacam-macam dari ekosistem air tawar, yang bisa beradaptasi dan menggantikan hampir di setiap macam habitat perairan. Meskipun keragaman spesies terbesar terjadi pada perairan berarus, banyak spesies mendiami danau dan kolam termasuk habitat khusus seperti kolam, genangan, serapan, dan sungai kecil.

2.2       Habitat Ulat Air Berkantung
Menurut Mackay dan Wiggins (1979) dalam Sudarso (2009),  Ulat air berkantung umumnya banyak dijumpai pada perairan yang memiliki permukaan batuan dari dasar sungai atau danau. Hewan tersebut untuk memperoleh makanan biasa menggunakan jaring mirip sutera. Beberapa jenis larva Trichoptera sering hidup dalam seludang pelindung untuk mempertahankan diri dari predator. Suku Limnephiloidae menggunakan suteranya untuk membuat sarang portable yang berasal dari bahan mineral atau material organik. Namun tidak semua hewan tersebut tinggal dalam sarang guna menyaring makanan yang hanyut terbawa oleh arus air.
Menurut Urbanic et al. (2005) dalam Sudarso (2009),  sebagian besar larva Trichoptera lebih menyukai hidup pada tipe perairan dangkal (5-10 cm ) dengan air yang mengalir di atas permukaan batuan dan sedikit jenis yang ditemukan pada substrat halus di bagian air yang dalam.
Di indonesia, ulat air berkantung ini, sering ditemukan pada daerah sumber mata air yang memiliki air jernih dan arus yang tidak terlalu deras. Sesuai dengan penjelasan pada wikipedia bahwa ulat air berkantung ini memang suka hidup pada bebatuan atau di dasar sungai yang memiliki arus, namun tidak terlalu deras (Iqbal et. al.,, 2011).



BAB 3
PEMBAHASAN

3.1       Ulat Air Berkantung sebagai Bioindikator Kualitas Air
Keadaan kualitas air sungai dapat secara efektif dianalisis menggunakan organisme bentik makroinvertebrata (Welch dan Lindell, 1992 dalam Bahri dan Priadie, 2007).
Menurut Sudarso (2009), beberapa alasan penting tentang keuntungan penggunaan hewan tersebut sebagai bioindikator lingkungan antara lain:
1)   Distribusi yang luas dari organisme tersebut dengan berbagai macam tipe habitat mulai dari rembesan air, mata air, sungai, danau, hingga laut (Mackay dan Wiggins, 1979).
2)   Kelimpahan yang relatif besar di ekosistem akuatik, 3) Respon terhadap kualitas lingkungan dapat ditunjukkan dengan perubahan morfologi, bioakumulasi, dan perilaku (Sola dan Prat, 2006).
3)   Diversitas jenisnya relatif tinggi. Lebih dari 1350 jenis yang telah diketahui di daerah Amerika utara. Geraci dan Morse(2008) yang melakukan penelitian di Sulawesi Utara menemukan 89 jenis hidup di Sulawesi,
4)   Siklus hidupnya relatif panjang, umumnya bersifat univoltine (satu generasi dalam satu tahun) dan sebagian besar memiliki 5 instar tahap perkembangan (Wiggins, 1996).
5)   Fungsinya dalam rantai makanan sebagai dekomposer bahan organik dan sumber makanan bagi burung dan ikan.
6)   Ukurannya relatif besar yaitu 1- 3 cm dengan berat kering 30-100 mg (Berra et al. 2006; Vuori dan Kukkonen, 1996),
7)   Tubuh hewan yang relatif keras sehingga memudahkan dalam melihat adanya abnormalitas morfologi dibandingkan dengan larva Chironomid (Vuori dan Kukkonen, 1996).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Iqbal et. al., (2011), dalam  menentukan kualitas air sungai digunakan pencacahan secara langsung terhadap ulat air kantung yang ditemukan pada masing-masing pencuplikan. Untuk menentukan mutu lingkungan perairan dari kehidupan bentos digunakan kriteria pencemaran air seperti tercantum pada tabel dibawah ini:
Sesuai dengan rencana yang dituliskan di dalam proposal penelitian Iqbal et. al., (2011), data tentang preferensi Caddisfly di daerah hulu sungai berantas telah di ambil pada minggu ketiga bulan maret. Diperoleh hasil pada daerah hulu ditemukan caddisfly sebanyak 309 pada 10 titik pencuplikan dengan nilai rata-rata sebesar 10,3 caddisfly pada tiap titik cuplikannya. Pengambilan sampel ulat air berkantung ini menunjukkan rata-rata lebih dari 10 yang berarti bahwa berdasarkan keberadaan ulat air berkantung menunjukkan kondisi kualitas air pada bagian hulu sungai berantas masih baik. Pengalaman juga menunjukkan bahwa caddifly jarang sekali ditemui pada perairan yang kualitas airnya telah tercemar. Sehingga Caddisfly memang cocok dan akurat sebagai organisme bioindikator pemantau kualitas perairan.
Kesingkronan hasil penelitian ini dengan beberapa penelitian sebelumnya yang lebih kompleks menunjukkan bahwa penggunaan Caddisfly sebagai organisme bioindikator pemantau kualitas perairan sudah tepat dan dapat diandalkan. Kelebihan lain dari penggunaan organisme sebagai biondikator adalah biaya yang murah dan waktu yang lebih singkat.



BAB 4
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan di atas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa:
-       Ulat air berkantung (Caddisfly) merupakan organisme yang pada tahap larvanya berada di dalam sebuah kantung yang ia buat sendiri dan terletak pada dasar sungai atau batu di dasar sungai
-       Ulat air berkantung (Caddisfly) umumnya banyak dijumpai pada perairan yang memiliki permukaan batuan dari dasar sungai atau danau
-       Ulat air berkantung (Caddisfly) dapat digunakan sebagai bioindikator kualitas air dalam suatu perairan
-       Semakin banyak jumlah ulat air berkantung (Caddisfly) dalam suatu perairan, maka semakin baik pula kualitas suatu perairan

4.2 Saran
Dengan adanya penulisan makalah tentang peranan caddifly sebagai bioindikator kualitas air. Disarankan pembaca dapat mengetahui klasifikasi, morfologi, habitat, dan peranan caddifly. Sehingga dapat menambah wawasan pembaca.



DAFTAR PUSTAKA


Aryodhimar. 2010. Museum Serangga Indonesia. http: . Diakses pada tanggal 25 November 2011

Bahri, Syamsul. Bambang Priadie, 2007. Prediksi Tingkat Pencemaran Air Sungai Menggunakan Indeks Kimia-Fisika dan Metrik Bentik Makroinvertebrata. JSDA Vol. 3, No. 4.  Diakses pada tanggal

Iqbal, Mochammad. Agus Prasetyo. Hamidah Barid. 2011. Pemanfaatan Ulat Air (Caddisfly) sebagai Indikator Kualitas Biologi Perairan Sungai Berantas di Kota Malang. Universitas Negeri Malang. Malang

Pescador, Manuel L. Andrew K. Rasmussen. Steven C. Harris. 1995. Identification Manual For The Caddisfly (Trichoptera) Larvae of Florida. Bureau of Surface Water Management. Florida

Saruni et. al.,(2008). Penentuan Kualitas Air Berdasarkan Sistem Saprobik di Hulu Sungai Ciapus Bogor. IPB Bogor. Diakses pada tanggal 25 November 2011

Sudarso, Yoyok. 2009. Potensi Larva Trichoptera sebagai Bioindikator Akuatik.  Oseanologi dan Limnologi di Indonesia 35(2): 201-215. Diakses pada tanggal 25 November 2011

Tidak ada komentar:

Posting Komentar