Jumat, 27 Juli 2012

ROTIFERA


Gambar 1. Struktur Rotifera
Berasal dari kata rota yang artinya roda, dan fera yang artinya membawa. Kebanyakan hidup di air tawar, hanya 50 spesies di laut, beberapa di hamparan lumut yang basah. Termasuk metazoa paling kecil, berukuran 40-2.500 mikron, rata-rata 200 mikron. Umumnya hidup bebas, soliter, koloni. Atau sessile. Beberapa merupakan endoparasit pada insang crustacea, terlur siput, cacing tanah, dan dalam ganggang jenis Vaucheria dan Volvox. Biasanya transparan, berwarna cerah, seperti merah atau coklat disebabkan warna saluran pencernaan. Tubuhnya dapat dibagi menjadi 3 bagian,yaitu bagian anterior yang pendek, badan yang besar dan kaki. Di bagian anterior terdapat corona dan mastax yang merupakan ciri khas filum Rotifera. Corona terdiri atas daerah sekitar mulut yang bercilia, dan cilia ini melebar di seputar tepi anterior hingga membentuk seperti mahkota. Mastax ialah pharynx yang berotot, bulat atau lonjong dan bagian dalamnya terdapat trophi, semacam rahang berkhitin. Mastax berfungsi untuk menangkap dan menggiling makanan, bentuknya beraneka ragam sesuai dengan tipe kebiasaan makan rotifera.



Bentuk badannya bulat atau silindris. Pada bagian badan terdapat 3 buah tonjolan kecil yaitu sepasang antena dorsal dan 2 buah antena lateral. Di ujung posterior terdapat sebuah kaki yang langsing. Tubuh tertutup epidermis yang merupakan lapisan tipis dan sinsitidal, dengan jumlah nuklei yang selalu tetap. Epidermis menghasilkan kutikula, tipis sampai tebal, tergantung jenisnya, bahkan ada yang mengeras seperti cangkang disebut lorica. Lorica adakalanya dihiasi galur-galur, duri yang pendek, atau panjang dan dapat digerakkan, misalnya pada Filinia. Antara dinding tubuh dan organ dalam terdapat pseudocoelom yang berisi cairan dan sel-sel ameboid bercabang-cabang yang tersusun seperti jala sinsitial

FISIOLOGI


1.    Pencernaan
Mulut terletak di bagian ventral dan biasanya dikelilingi oleh sebagian corona. Jenis filter feeder memakan partikel organik yang lembut dengan bantuan aliran air yang dihasilkan cilia pada corona. Makanan dari mulut dialirkan ke mastax, pharinx dihubungkan dengan perut oleh esofagus. Perut berbentuk seperti tabung atau kantong, Berhubungan dengan usus yang pendek dan berakhir pada anus. Jenis karnivora memakan protozoa, rotifera yang kecil dan metazoa lain. Mangsa ditangkap dengan cara dicengkeram atau dijebak. Mangsa dicengkeram menggunakan trophi yang berbentuk seperti penjepit, atau mangsa yang terjebak di dlaam corong tidak dapat keluar karena cuping yang beserta akan melipat ke dalam dan berkerut, hingga mangsa masuk ke mulut
2.    Alat Ekskresi
Pada tiap sisi lateral terdapat sebuah protonephridium dengan 2-8 flame bulb. Protonephridia berfungsi sebagai osmoregulator, yaitu membuang kelebihan air di dalam tubuh. Kedua protonephridia tersebut bersatu pada kantung kemih (bladder), yang bermuara pada bagian ventral kloaka. Isi bladder dikosongkan melalui anus dengan jalan kontraksi, dengan kecepatan satu sampai empat kali per menit. 
3.    Susunan Saraf
Rotifera mempunyai otak yang terdiri dari massa ganglion dorsal, dan terletak di atas mastax. Dari otak keluar sejumlah pasangan saraf yang menuju ke berbagai alat indra, antara lain ke mata dan ke antena. Beberapa jenis rotifera, terutama yang sessile tidak empunyai mata. Mata hanya berupa ocellus sederhana, dan berjumlah tiga hingga lima buah.

REPRODUKSI
Semua rotifera dioecious. Reproduksi selalu seksual. Individu jantan selalu lebih kecil daripada induk betina, biasanya mengalami degenerasi yaitu tidak mempunyai alat pencernaan, hanya memiliki alat reproduksi saja. Perkawinan rotifera biasanya dengan jalan “hipoderm impregnation”, di mana sperma masuk melalui dinding tubuh. Tiap nukleus pada ovari menjadi sebuah telur. Rotifera jantan siap melakukan perkawinan satu jam setelah menetas, kemudian akan mati. Bila tidak menemukan rotifera betina, maka rotifera jantan akan mati pada umur 2-7 hari, tergantung pada jenisnya. Pada kelas Monogononta, yang dalam keadaan tertentu ada jantannya, terdapat 2 macam telur, yaitu :
Ø  Telur amictic, merupakan hasil dari partenogesis, bercangkang tipis, diploid, tidak dapat dibuahi dan menetas menjadi betina amictic
Ø  Telur mictic, bercangkang tipis, tetapi haploid, bila tidak dibuahi secara partenogenetik akan menetas menjadi jantan yang haploid. Bila telur dibuahi oleh sperma maka jantan yang haploid tersebut akan menjadi telur dorman. Telur ini bercangkang tebal dan keras, resisten terhadap kekeringan dan lingkungan buruk

KLASIFIKASI
1.    Kelas Seisonacea
Tubuh panjang, corona mengecil, mempunyai sepasang ovari. Jantan berkembang biak. Hanya ada satu genus Seison, dengan dua spesies laut, hidup komensal pada Nebalia, filum Crustacea
2.    Kelas Bdelloidea
Tubuh silindris. Corona seperti dua roda yang berputar. Mempunyai sepasang ovari. Mempunyai kaki dengan dua sampai empat jari atau tidak ada. Jantan tidak dikenal
reproduksi secara partenogenesis, berenang atau merayap. Contoh : Philodina, Embata, dan Rotaria
3.    Kelas Monogononta
Hanya mempunyai sebuah ovari, jantan biasanya ada dan mengalami degenerasi. Terdiri dari:
Ø  Ordo 1. Plomia, yaitu tubuhnya bulat sampai lonjong atau agak pipih, lorica ada atau tidak ada, berenang bebas atau merayap
Ø  Ordo 2. Floscularicea,  corona terdiri dari dua rangkaian cilia yang konsentrik dan di tengahnya terdapat sebuah galur bercilia, biasanya terdapat 1-2 antena, bersifat soliter atau koloni, berenang bebas atau sessile, dan berenang bebas.
Ø  Ordo 3. Collothecacea
Mempunyai corona yang besar sekali, mastax uncinate atau kurang berkembang dan acapkali sessile, misalnya Colotheca

Tidak ada komentar:

Posting Komentar