PENDAHULUAN
Sistem
saraf adalah sebuah sistem organ yang mengandung jaringan sel-sel khusus yang
disebut neuron yang mengkoordinasikan tindakan binatang dan mengirimkan sinyal
antar berbagai bagian tubuhnya (Force, 2010).
Menurut
Yuwono dan Purnama (2001), jika rangsang mengenai sistem saraf akan diubah menjadi
gelombang elektrokimia yang ditransmisikan sepanjang sistem saraf. Dalam
berbagai hewan air seperti pada cumi-cumi sistem saraf tersusun dari sel-sel
saraf yang disebut neuron. Fungsi saraf telah banyak diteliti dengan
menggunakan neuron dari hewan ini. Karena ukuran yang cukup besar .
MEKANISME PENDENGARAN
Dalam suatu proses pendengaran,
gelombang suara yang sampai pada ikan terdapat dalam air. Dengan demikian
gelombang suara akan dengan mudah masuk ke telinga dalam.
Pada kebanyakan vertebrata, telinga memiliki dua fungsi yaitu sebagai
proprioreseptor dan penerima suara. Proprioreseptor menyediakan informasi yang
fokus pada posisi dan pergerakan kepala. Dan penerima suara merespon gelombang suara besar yang kuat pada air. Pada
organ pendengaran, sel reseptor sensoris merupakan sel bersilia. Gerakan silia
itulah yang nantinyaakan merangsang pembentukan potensial aksi pada reseptor
sehingga akhirnya terjadi proses mendengar.
Sebuah sistem saluran berbentuk tabung yang disebut
labyrinth yang membentuk telinga ikan bagian dalam bekerja ketika mendapat
rangsang bunyi. Telinga itu tidak terlihat tepat di luar tubuh ikan tetapi di
dalam dekat tengkorak. Telinga dalam berisi reseptor untuk keseimbangan
(labirin) dan reseptor pendengar. Sel-sel rambut pada turat sisi ikan peka
terhadap getaran dengan frekuensi lebih dari 200 Hz. Gerakan-gerakan bunyi
lewat melalui jaringan tubuh ke labyrinth yang berisi zat dengar yang
digerakkan oleh geraran-getaran itu. Sel-sel yang sensitive menyampaikan
gerakan ini ke otot sehingga mendengar bunyi.
MEKANISME
PENCIUMAN
Indra
penciuman vertebrata dilaksanakan oleh neuron primer yang terdapat dalam epitel
hidung di rongga hidung bagian atas. Dalam mendeteksi adanya stimuli kimia
melalui reseptor pembau, stimuli tersebut masuk pada lubang (nostril) dan
dirubah dalam bentuk signal elektrik yang berasal dari gerakan silia yang
kemudian melewati olfactory tract yang kemudian diterjemahkan pada otak
telencephalon.
Telencephalon adalah otak bagian depan sebagai pusat
untuk hal-hal yang berhubungan dengan pembau syaraf utama yang berhubungan
dengan hidung sebagai pencari makanan.
Pada awalnya neuron membangun kontak
dengan telencephalon, kemudian indra pada vertebrata berkembang sehingga dapat
mengenali dan membedakan benda yang satu dengan yang lain. Masing-masing
neuron mempunyai akson pendek yang melalui lempeng kribrifm (ayakan) dari
tengkorak dan segera bersinopsis dengan neuron lain dalam otak. Kemungkinan
untuk mengolah data alfatori yang datang dari reseptor sebelum mencari
celebrum, adalah sangat besar.
MEKANISME
PERASA
Reseptor
untuk indra perasa disebut sebagai gustato receptors atau ujung perasa.
Pada ikan terdapat reseptor untuk perasa yang cukup sensitif dalam menanggapi
rangsang. Pada awalnya rangsangan berupa rasa dari lingkungan diterima oleh
syaraf penerima yang terletak di dekat sumber rangsang. Kemudian, rangsang
diteruskan ke neurophtelial atau perasa sel. Melalui perasa sel ini, informasi
rangsang akan diterjemahkan dan hasilnya berupa tingkah laku dengan bantuan
syaraf efektor.
Menurut
Ganong (1981), reseptor pengecap adalah kemoreseptor yang memberi respons pada
zat-zat yang larut dalam cairan mulut yang membasahinya. Zat-zat ini nampaknya
menimbulkan potensial generator, tetapi bagaimana molekul-molekul dalam larutan
saling beraksi dengan sel-sel reseptor untuk menimbulkan potensial ini tidak
diketahui. Ada tanda-tanda bahwa molekul menimbulkan pengecupan bekerja pada
membran sel reseptor atau ukuran-ukurannya.
MEKANISME
PERABA
Menurut
Rahardjo et.al., (1989), sungut merupakan alat peraba pada ikan yang
terdapat di sekitar mulut, pada sungut ini terdapat pemusaran organ peraba. Selain
itu, organ perasa juga menyebar di lengkung insang, epibranchial dan gigi
faring.
Potensial
yang terbentuk pada reseptor harus berupa potensial generator. Potensial
generator akan menyebabkan pelepasan transmitter menyebabkan perubahan
elektrokimia yang mendepolarisasikan sel syaraf sensoris (terbentuk potensial
aksi pada sel syaraf sensoris). Potensial aksi tersebut akan terus menjalar ke
efektor dan akhirnya tanggapan ikan terhadap rangsangan sentuhan pun terjadi.
SUMBER:
Burhanuddin,
Andi Iqbal. 2008. Peningkatan Pengetahuan
Konsepsi Sistematika dan Pemahaman Sistem Organ Ikan yang Berbasis sel pada
Mata Kuliah Ikhtiologi. Universitas Hasanuddin. Maksaar
Fitri, Aristi.
Dian Purnama. 2008. Respon Penglihatan
dan Penciuman Ikan Kerapu terhadap Umpan Terkait dengan Efektivitas Penangkapan.
IPB. Bogor
Force, Pelta.
2010. Sistem Saraf Manusia. http://grandmall.10.wordpress.com/ 2010/03/02/sistem_saraf_manusia.
Diakses tanggal 4 Desember 2011 Pukul 18.00 WIB.
Ganong,
W.F. 1981. Fisiologi Kedokteran. University of California: San Fransisco
Isnaeni,
Wiwi. 2006. Fisiologi Hewan. Kanisius. Yogyakarta
Rahardjo,
et. al. 1989. Biologi Ikan 1. Intitut Pertanian Bogor. Bogor
Scheer,
T. Bradley. 1984. Comparative Physiology. Chapma and Hall. London
Villee,
A Claude. Warren f. 1984. Zoologi Umum. PT Gelora Aksara Pratama. Bogor
Yuwono,
E. dan Purnama S. 2001. Fisiologi Hewan
Air. Sagung Seto. Jakata
Tidak ada komentar:
Posting Komentar