Sistem
saraf adalah sebuah sistem organ yang mengandung jaringan sel-sel khusus yang
disebut neuron yang mengoordinasikan tindakan binatang dan mengirimkan sinyal
antar berbagai bagian tubuhnya (Force, 2010).
Menurut
Yuwono dan Purnama (2001), jika rangsang mengenai sistem saraf akan diubah menjadi
gelombang elektrokimia yang ditransmisikan sepanjang sistem saraf. Dalam
berbagai hewan air seperti pada cumi-cumi sistem saraf tersusun dari sel-sel
saraf yang disebut neuron. Fungsi saraf telah banyak diteliti dengan
menggunakan neuron dari hewan ini. Karena ukuran yang cukup besar .
Menurut
Siregar (1995), sistem penglihatan merupakan penghubung dengan lingkunganya,
dimana dapat mengenali cahaya, warna dan bentuk semua benda, penglihatan dapat
dikatakan sebagai system sensorik yang paling penting, sebab sebagian besar
informasi yang diterima melalui indera penglihatan.
Menurut
Svendsen and Anthony (1984), sinar cahaya dari objek difokuskan pada retina
untuk menghasilkan gambar terbalik retina mengandung dua jenis reseptor untuk
cahaya: kerucut yang membedakan warna, dan batang yang memungkinkan visi pada
intensitas cahaya rendah. Rhodopsin adalah pigmen yang terlibat dalam perubahan
fotokimia yang menterjemahkan gelombang cahaya menjadi impuls saraf dari
barang. Senyawa ini asintesis dari retina dan molekul protein dalam ketiadaan
cahaya.
Pada retina terdapat dua macam sel reseptor, yaitu sel kerucut
(sel konus) dan sel batang
(sel basilus). Sel konus berisi pigmen lembayung sedangkan sel batang berisi pigmen ungu. Kedua macam pigmen akan terurai bila
terkena sinar, terutama pigmen ungu yang terdapat pada sel batang. Oleh karena
itu, pigmen pada sel basilus berfungsi untuk situasi kurang terang, sedangkan
pigmen dari sel konus berfungsi lebih pada suasana terang yaitu untuk
membedakan warna. Semakin ke tengah, maka jumlah sel batang
makin berkurang sehingga di daerah bintik kuning hanya ada sel konus saja.
Pigmen ungu yang
terdapat pada sel basilus disebut rodopsin, yaitu suatu senyawa protein
dan vitamin A. Apabila terkena sinar, misalnya sinar matahari, maka rodopsin
akan terurai menjadi protein dan vitamin A. Pembentukan kembali pigmen terjadi
dalam keadaan gelap. Untuk pembentukan kembali memerlukan waktu yang disebut adaptasi gelap (disebut juga adaptasi rodopsin). Pada
waktu adaptasi, mata sulit untuk melihat. Pigmen
lembayung dari sel konus merupakan senyawa iodopsin yang merupakan
gabungan antara retinin dan opsin. Ada tiga macam sel konus, yaitu
sel yang peka terhadap warna merah, hijau, dan biru. Dengan ketiga macam sel
konus tersebut mata dapat menangkap spektrum warna.
Sedangkan
pada gonad terdapat mekanisme
sistem syaraf terkait dengan proses ikan tersebut memijah. Menurut Gusrina
(2008), hormon merupakan organ
seks jantan dan betina, organ penghasil gamet pada sebagian besar hewan.
Gonad
sebagai organ reproduksi ikan merupakan salah satu dari 3 komponen yang terlibat
dalam reproduksi ikan, selain sinyal lingkungan dan sistem hormon. Dalam proses
pematangan gonad, sinyal lingkungan yang diterima oleh sistem saraf pusat ikan
itu akan diteruskan ke hipotalamus. Akibatnya, hipotalamus melepaskan hormon
GnRH (Gonadotropin realizing hormone) yang selanjutnya bekerja pada kelenjar
hipofisa. Hipotalamus dan hipofisa terletak di otak belakang ikan. Hal ini
menyebabkan hipofisa melepasakan hormon Goadotropin-I yang berkerja pada gonad.
Akibat kerja hormon gonadotropin-I tersebut, gonad dapat mensintesis testoteron
dan estradiol-β. Estradiol-β selanjutnya akan merangsang hati mensintesis
vitologenin yang merupakan bakal dari kuning telur. Vitologenein tersebut
kemudian dibawa oleh aliran darah menuju gonad dan secara selektif akan diserap
oleh Oosit. Akibat menyerap vitologenin, oosit tumbuh membesar sampai kemudian
berhenti apabila mencapai ukuran maksimum (pada ikan mas, ukuran oosit adalah
900-1000 mikron meter). Setelah mencapai ukuran tersebut, telur tidak mengalami
perubahan apapun. Pada kondisi ini dikatakan bahwa telur telah berada pada fase
dorman atau istirahat dan menunggu sinyal lingkungan lagi untuk dikeluarkan
dari tubuh induk dalam proses pemijahan.
Lingkungan
tempat hidup ikan bisa menghasilkan sinyal yang kemudian diterima oleh sistem
saraf pusat dan diteruskan ke hipotalamus. Akibatnya, hipotalamus ini
melepaskan hormon GnRH. Hormon ini selanjutnya bekerja pada kelenjar hipofisa.
Akibatnya, hipofisa ini menyekresikan hormon Gondotropin –II yang bekrja pada
gonad. Akibat hormon gonadotropin-II, goanad menyintesis hormon steroid pemicu
pematangan (naturation inducing steroid) yang menyebabkan inti telur mengalami
migrasi dan peleburan, lalu dilanjutkan dengan proses ovulasi. Ovulasi adalah
proses keluarnya telur dari tubuh induk. Telur yang dikeluarkan pada proses
ovulasi tersebut telah mencapai kamatangan fisiologis dan siap dibuahi oleh
sperma.
SUMBER:
Force, Pelta.
2010. Sistem Saraf Manusia. http://grandmall.10.wordpress.com/ 2010/03/02/sistem_saraf_manusia.
Diakses tanggal 4 Desember 2011 Pukul 18.00 WIB.
Gusrina. 2008. Budidaya Ikan Jilid 2. Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan.
Jakarta
Siregar, Harris. 1995. Neuro Fisiologi. Bagian Ilmu Faal Fakultas Kedokteran
Universitas Hasanuddin. Ujung Pandang
Svendsen, P dan Anthony M. C. 1984. An Introduction to
Animal Physiology. MTR Presslimited. Inggris
Yuwono,
E. dan Purnama S. 2001. Fisiologi Hewan
Air. Sagung Seto. Jakata
Tidak ada komentar:
Posting Komentar